Kisah Nyata Sang Conquistador - Penakluk Yang Keji Atau Malah Penyelamat Jiwa?
![]() |
| Cortés Dan Montezuma. |
Upaya untuk “menghapuskan” ingatan sejarah dan pencapaian Cortés serta merobohkan patung memorialnya (termasuk di kampung halamannya di Medellín, Spanyol) mendominasi pandangan orang-orang saat ini. Di tengah serangan-serangan bersejarah terhadap Gereja dan anggota-anggotanya di masa lalu, umat Katolik masa kini sering kali kebingungan dan tidak yakin bagaimana harus menanggapinya. Umat Katolik rentan terhadap dua tanggapan yang salah terhadap kritik sejarah anti-Katolik ini. Umat cenderung bersikap seperti “burung unta” yang menutupi kepalanya ke dalam tanah sedangkan badannya tidak. Sebuah sikap untuk mengabaikan kontroversi dan begitu saja menerima narasi sejarah yang salah.
Pembela sejarah Gereja yang beragama Katolik harus melawan posisi-posisi ekstrim ini dan mencari kebenaran sejarah melalui pengetahuan, memahami konteks peristiwa-peristiwa sejarah, dan mengakui bahwa orang-orang di masa lalu adalah laki-laki dan perempuan yang diberkahi dengan kehendak bebas, yang terkadang dilakukan dengan baik dan terkadang tidak.
Tujuan dari membela sejarah Gereja terhadap pandangan dan narasi sejarah yang salah di zaman sekarang ini untuk melindungi Gereja dari para pengkritik yang menggunakan sejarah untuk mendiskreditkan Gereja dan ajaran-ajarannya. Pembelaan terhadap tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa sejarah Katolik dari “cerita mitos” yang terdengar sampai saat ini tidak menunjukkan kebenaran sepenuhnya yang terjadi atas mereka atau tindakan-tindakan di masa lalu mereka, melainkan mencari pemahaman otentik sehingga peristiwa-peristiwa kontroversial dapat dijelaskan (tetapi tidak harus dibenarkan).
Jadi siapakah Hernán Cortés dan apa pencapaiannya? Bagaimana seharusnya umat Katolik di dunia modern memandang pria ini serta tindakannya?
Pada saat itu Gereja sedang diperangi dalam revolusi teologis yang segera berubah menjadi revolusi politik di wilayah Jerman pada awal abad keenam belas, sedangkan di belahan dunia lain, sebuah ekspedisi tidak resmi yang terdiri dari lima ratus orang Spanyol meninggalkan Kuba untuk melakukan perjalanan ke pedalaman Amerika Latin saat itu. Hampir tiga dekade setelah pelayaran pertama Columbus ke “Dunia Baru” (benua Amerika), tentara Spanyol Hernán Cortés melabuhkan kapalnya di Veracruz pada Jumat Agung 1519 dengan berbagai tujuan, salah satunya adalah konversi masyarakat adat ke agama Katolik. Pasukannya berbaris dengan dua spanduk, berwarna merah dan hitam dengan hiasan emas, dengan lambang Spanyol di satu sisi dan salib Kristus di sisi lain.
Sebelum memulai perjalanan masuk ke hutan, Cortés berkata kepada anak buahnya, “Saudara-saudara, marilah kita mengikuti tanda Salib dengan iman yang sejati dan di dalamnya kita akan menang.” Dia memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan kapal yang mereka tumpangi, sehingga tidak ada kosakata “mundur” sehingga kegagalan bukanlah suatu pilihan, dan mereka pun memulai perjalanan jauh ke dalam.
Cortés adalah seorang pemimpin militer dan ahli taktik yang terampil serta seorang motivator yang hebat. Di sisi lain, apa pun kesalahan yang pernah dilakukan, dia adalah orang yang memiliki iman yang dalam, saleh, dan putra Gereja yang setia. Bernal Díaz, salah satu tentara Cortés yang menulis kisah penaklukan menjelang akhir hidupnya, menggambarkan kehidupan iman sang penakluk: “Dia selalu mengenakan kalung berantai emas tipis dengan pola tunggal dan perhiasan bergambar Bunda Perawan Maria menggendong sang Putra. Dia berdoa setiap pagi, membaca Kitab Suci dan mendengarkan Misa dengan penuh pengabdian; dia menaruh perhatian khusus kepada Bunda Perawan Maria, santo Petrus, santo Yakobus, serta santo Yohanes Pembaptis sebagai orang-orang suci yang melindungi dan menghantarkan doa-doanya kepada Tuhan”.
![]() |
| Kurban Manusia Oleh Pendeta Aztec. |
![]() |
| Pendeta Aztec Merobek Dada Dan Mengangkat Jantung Sang Kurban. |
Penahanan Moctezuma berlangsung selama enam bulan sebelum kematiannya.
Ada perbedaan pendapat mengenai cara kematian Moctezuma, kesalahan ditimpakan pada antara orang-orang Mexica atau pihak Spanyol. Ketundukan Montezuma kepada Spanyol telah mengikis rasa hormat rakyatnya. Menurut catatan Spanyol, dia berusaha untuk berbicara dengan rakyatnya dan diserang dengan batu dan panah sehingga menderita luka yang cukup parah dan menyebabkan dia meninggal tiga hari kemudian. Namun suku Aztec percaya bahwa Spanyol telah membunuh kaisar mereka. Nah bingung kan versi mana yang benar.
Ketika Cortés meninggalkan kota untuk menghadapi kedatangan pasukan Spanyol lainnya yang dikirim untuk menangkapnya karena aksi pelayaran dan penaklukannya yang tidak sah tersebut, sekelompok besar prajurit Mexica yang tidak bersenjata menari selama festival di kuil dibantai oleh sisa pasukan Spanyol Cortés yang masih tinggal di dalam kota. Hal ini menimbulkan kemarahan penduduk asli dan memaksa Spanyol meninggalkan kota.
Cortés memimpin sisa pasukannya ke Tlaxcala, wilayah tetangga yang berisi suku yang memusuhi Mexica.
Membangun aliansi dengan Tlaxalan dan suku asli lainnya, Cortés dan pasukan Spanyol merebut Tenochtitlán pada bulan Agustus 1521, memberikan pukulan telak terhadap hegemoni Mexica. Penaklukan Kekaisaran Aztec tidak secepat yang diperkirakan, keberhasilannya tidak hanya melalui kombinasi keunggulan militer dan teknologi Spanyol saja melainkan dukungan sekutu pribumi yang signifikan. Cortés dibantu oleh mantan budak perempuan Maya yang dikenal sebagai Malintzin, yang termasuk di antara dua puluh budak yang diberikan kepada Spanyol oleh penduduk asli Tabasco. Malintzin menjabat sebagai penerjemah untuk Cortés dan kemudian menjadi gundiknya dan melahirkan seorang putra, yaitu Martin. Malintzin, seperti Cortés, telah difitnah dalam ingatan modern sebagai pengkhianat terhadap rakyatnya yang membantu Cortés demi keuntungan materi dan pribadi.
Penaklukan Spanyol di Dunia Baru atau benua baru itu merupakan peristiwa berdarah. Pihak Spanyol menderita banyak korban (lebih dari lima puluh persen) selama perang dua tahun tersebut, namun pihak Mexica jauh lebih menderita. Meskipun Cortés memperkirakan bahwa pasukannya membunuh dua belas ribu penduduk asli, kemungkinan besar jumlah penduduk selama dua tahun agresi tersebut mendekati satu juta.
Tidak ada keraguan bahwa penjajah Spanyol dan penjajahan berikutnya memberikan dampak yang sangat besar terhadap masyarakat adat di Dunia Baru, baik secara negatif maupun positif. Sisi negatifnya, penaklukan Spanyol atas Kekaisaran Aztec mengakibatkan banyak sekali korban jiwa akibat kekerasan dan masuknya penyakit-penyakit Eropa yang tidak disengaja. Sedangkan sisi positifnya, ekspedisi Cortés mengakhiri praktik barbar pengorbanan manusia di kekaisaran, dan upaya evangelisasi Spanyol yang sayangnya tidak banyak membuahkan hasil hingga tuaian besar terjadi ketika kemunculan penampakan Bunda Maria dari Guadalupe satu dekade kemudian membawa Mesoamerika menuju terang Kristus.
Hernán Cortés bukanlah orang suci. Mari kita lihat hal dengan kacamata yang berbeda, ia adalah seorang pria yang masa dan budayanya termotivasi oleh keinginan untuk melihat Injil dikomunikasikan kepada orang-orang yang masih diperbudak oleh kegelapan. Umat Katolik tidak dapat membenarkan banyak tindakannya saat itu, namun dengan mempelajari sejarah otentik dan bukan narasi palsu yang berakar pada presentisme, kita dapat memahami konteks di mana ia hidup dan bertindak serta secara lebih efektif membela sejarah Katolik dari serangan-serangan yang tidak pantas dan keji.
![]() |
| Wabah Yang Melanda Mesoamerika |
Adapun berita hoax beredar mengenai pembantaian dan pemusnahan peradaban suku bangsa Aztec dan Maya dilakukan oleh Spanyol, dan itu semua tidaklah benar. Peradaban Maya punah atau hilang 600-700 tahun sebelum bangsa Spanyol datang. Bangsa Aztec tidak musnah karena perang atau dibantai semuanya oleh tentara Spanyol. 94% populasi Aztec mati dikarenakan wabah penyakit. Penelitian terdahulu menyimpulkan virus cacar yang dibawa oleh bangsa Eropalah yang menjadi penyebab satu-satunya. Pada tahun 1545 bencana melanda negara Aztec di Meksiko ketika orang-orang mulai terserang demam tinggi, sakit kepala, dan pendarahan dari mata, mulut, dan hidung. Kematian umumnya terjadi dalam tiga atau empat hari. Dalam waktu lima tahun, sebanyak 15 juta orang atau diperkirakan 94% dari populasi suku Aztec musnah dalam epidemi yang oleh penduduk setempat disebut “cocoliztli”. Kata itu berarti penyakit sampar dalam bahasa Aztec Nahuatl. Namun penyebabnya masih dipertanyakan selama hampir 500 tahun.
Para ilmuwan mengesampingkan kemungkinan penyakit cacar, campak, gondok, dan influenza, dan mengidentifikasi “demam enterik” yang mirip tifus dan mereka menemukan bukti DNA pada gigi korban yang telah lama meninggal. “Cocoliztli pada tahun 1545-50 adalah salah satu dari banyak epidemi yang mempengaruhi Meksiko setelah kedatangan orang-orang Eropa, namun secara khusus merupakan epidemi kedua dari tiga epidemi yang paling menghancurkan dan menyebabkan jumlah korban jiwa yang paling besar,” kata Åshild Vågene dari Universitas Tuebingen di Jerman.
“Penyebab epidemi ini telah diperdebatkan selama lebih dari satu abad oleh para sejarawan dan sekarang kami dapat memberikan bukti langsung melalui penggunaan DNA kuno untuk berkontribusi pada pertanyaan sejarah yang sudah lama ada.” Vågene ikut menulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal sains Nature Ecology and Evolution. Wabah ini dianggap sebagai salah satu epidemi paling mematikan dalam sejarah manusia, mendekati wabah pes Black Death yang menewaskan 25 juta orang di Eropa Barat pada abad ke-14, sekitar setengah dari populasi regional.
Penjajah Eropa menyebarkan penyakit saat mereka memasuki Dunia Baru, membawa kuman yang belum pernah ditemui dan penduduk asli setempat tidak memiliki kekebalan terhadap kuman tersebut.
Wabah cocoliztli tahun 1545 di tempat yang sekarang disebut Meksiko dan sebagian Guatemala terjadi hanya dua dekade setelah epidemi cacar menewaskan sekitar 5-8 juta orang setelah kedatangan orang Spanyol.
Wabah kedua pada tahun 1576 hingga 1578 menewaskan separuh populasi yang tersisa.
“Di kota-kota besar dan kecil, parit-parit besar digali, dan dari pagi hingga matahari terbenam para pendeta tidak melakukan apa pun selain membawa mayat-mayat itu dan membuangnya ke dalam parit,” begitulah sejarawan Fransiskan Fray Juan de Torquemada dikutip mencatat periode tersebut. Bahkan pada saat itu, para dokter mengatakan gejala-gejalanya tidak sesuai dengan penyakit-penyakit terkenal seperti campak dan malaria.
![]() |
| Bakteri Salmonella Enterica Varietas Paratyphi C. |
Para ilmuwan kini dapat menyimpulkan telah mengungkap pelakunya. Menganalisa DNA yang diekstraksi dari 29 kerangka yang diambil dari pemakaman cocoliztli, mereka menemukan jejak bakteri salmonella enterica, dari varietas Paratyphi C. Bakteri ini dapat menyebabkan demam enterik, salah satu contohnya adalah tipus. Subtipe Meksiko jarang menyebabkan infeksi pada manusia saat ini. Banyak jenis salmonella menyebar melalui makanan atau air yang terinfeksi, dan mungkin menyebar ke Meksiko dengan hewan peliharaan yang dibawa oleh Spanyol, kata tim peneliti. Salmonella enterica diketahui telah hadir di Eropa pada abad pertengahan. “Kami menguji semua bakteri patogen dan virus DNA yang data genomnya tersedia,” dan salmonella enterica adalah satu-satunya kuman yang terdeteksi, kata rekan penulis Alexander Herbig, juga dari Universitas Tuebingen. Namun ada kemungkinan bahwa beberapa patogen tidak terdeteksi atau sama sekali tidak diketahui. “Kami tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa S enterica adalah penyebab epidemi cocoliztli,” kata anggota tim Kirsten Bos. “Kami percaya bahwa mereka harus dianggap sebagai kandidat yang kuat.”
Sumber:
Steve Weidenkopf - Catholic.com
Agence France-Presse - TheGuardian.com






